BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan
kreativitas tampak dan dirasakan pada semua kegiatan manusia. Perkembangan
akhir dari kreativitas akan terkait dengan empat aspek, yaitu: aspek pribadi,
pendorong, proses dan produk. Kreativitas akan muncul dari interaksi yang unik
dengan lingkungannya.Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya
masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan
mengujinya. Proses kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan
(motivasi intristik) maupun dorongan eksternal.
Motivasi
intrinstik ini adalah intelegensi, memang secara historis kretivitas dan
keberbakatan diartikan sebagai mempunyai intelegensi yang tinggi, dan tes
intellejensi tradisional merupakan ciri utama untuk mengidentifikasikan anak
berbakat intelektual tetapi pada akhirnya hal inipun menjadi masalah karena
apabila kreativitas dan keberbakatan dilihat dari perspektif intelegensi
berbagai talenta khusus yang ada pada peserta didik kurang diperhatikan yang
akhirnya melestarikan dan mengembang biakkan
Pendidikan
Tradisional Konvensional yang berorientasi dan sangat menghargai kecerdasan
linguistik dan logika matematik. Padahal, Teori psikologi pendidikan terbaru
yang menghasilkan revolusi paradigma pemikiran tentang konsep kecerdasan
diajukan oleh Prof. Gardner yang mengidentifikasikan bahwa dalam diri setiap
anak apabila dirinya terlahir dengan otak yang normal dalam arti tidak ada
kerusakan pada susunan syarafnya, maka setidaknya terdapat delapan macam
kecerdasan yang dimiliki oleh mereka
A. PENGERTIAN ANAK BERBAKAN
Batasan anak berbakat secara umum
adalah “mereka yang karena memilikikemampuan-kemampuan yang unggul mampu
memberikan prestasi yang tinggi”.Istilah yang sering digunakan bagi anak-anak
yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya
di atas rata-rata anak normal, diantaranya adalah; cerdas, cemerlang, superior,
supernormal, berbakat, genius, gifted, gifted and talented, dan super.
1.
Daniel P. Hallahan dan James M.
Kauffman (1982; 376) mengemukakan “Besides the word ‘gifted’ a variety of other
terms have be en used to describ individuals who are superior in some way :
“talented, creative, genius, and precocious, for example”. Precocity
menunjukkan perkembangan yang sangat cepat.Beberapa anak gifted memperlihatkan
precocity dalam area perkembangan seperti; bahasa, musik, atau kemampuan
matematika.
2.
Martison dalam SC. Utami Munandar
(1982; 7) memberikan batasan anak berbakat sebagai berikut; “Anak berbakat
ialah mereka yang diidentifikasi oleh
orangorang profesional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga
memberikanprestasi yang tinggi.Anak-anak ini membutuhkan program
pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program
sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri
maupun terhadap masyarakat”.
3.
David G. Amstrong and Tom V. Savage
(1983; 324) mengutip dari Public Law 91-230 (United States Statutes at Large
1971, p. 153) sebagai berikut : (1) The ter, “gifted and talented children”
mean, in accordance with objective criteria prescribed by the commissioner,
children who hav outstanding intelectual ability or creative talent, the
development of which requires special activities or services not ordinarily
provided by local educational agencies.
4.
Coleman (1985) mengemukakan secara
konvensional anak berbakat adalah “mereka yang tingkat intellegensinya jauh di
atas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ = 120 ke atas”. Sedangkan Renzulli
(1979) melalui teorinya yang disebut “Three Dimensional Model” atau “Three-ring
Conception” tentang keberbakatan. Keberbakatan mencakup tiga dimensi yang
saling berkaitan,yaitu (a) kecakapan di atas rata-rata, (b) kreativitas, dan
(c) komitmen pada tugas.
5.
Clark (1986) dalam Conny Semiawan
(1994), kreativitas adalah ekpresi tertinggi keberbakatan.
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak berbakat itu disamping
memiliki kemampuan intelektual tinggi, juga menunjukkan penonjolan kecakapan
khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak lainnya.
Anak ini disebut juga “gifted and talented” yang berarti berbakat intelektual.
Di sini kita harus membedakan antara bakat sebagai potensi bawaan dan bakat
yang telah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Semua anak berbakat mempunyai
potensi yang ungul, tetapi tidak semuanya telah berhasil mewujudkan potensi
unggul tersebut secara oftimal.
Pengertian
keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami berbagai perubahan, dan kini
pengertian keberbakatan selain mencakup kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk
kepada kemampuan kreatif. Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur
kebudayaan, bahkan bagi sementara ahli sifat-sifat anak berbakat tersebut
bercirikan “cultur bound” (dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian
ada dua petunjuk kunci dalam mengamati dan mengerti keberbakatan tersebut yaitu
:
1)
Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang
dibawasejak lahir maupun yang merupakan hasil interaksi dari pengaruh
lingkungannya.
2)
Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan maupun kecenderungankebudayaan
dimana seseorang yang berbakat itu hidup. (Conny semiawan; 1994 :40).
B. CIRI – CIRI ANAK BERBAKAT
Apabila
seorang anak memiliki 18 ciri dari 25 ciri berikut, maka anak tersebut dapat
digolongkan anak berbakat.
1.
Membaca pada usia lebih muda
2.
Membaca lebih cepat dan lebih banyak
3.
Memiliki perbendaharaan yang luas
4.
Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
5.
Mempunyai minat yang luas, juga
terhadap masalah orang dewasa
6.
Mempunyai inisiatif dan dapat
bekerja sendiri
7.
Menunjukan keaslian dalam ungkapan
variable
8.
Memberi jawaban – jawaban yang baik
9.
Dapat memberikan banyak gagasan
10.
Luwes dalam berfikir
11.
Terbuka terhadap rangsangan –
rangsangan dari lingkungan
12.
Mempunyai pengamatan yang tajam
13.
Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu
yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
14.
Berpikir kritis, juga terhadap diri
sendiri
15.
Senang mencoba hal – hal yang baru
16.
Mempunyai daya abstraksi,
konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
17.
Senang terhadap kegiatan intelektual
dan pemecahan – pemecahan masalah
18.
Cepat menangkap hubungan sebab
akibat
19.
Berperilaku terarah pada tujuan
20.
Menpunyai daya imajinasi yang kuat
21.
Mempunyai banyak kegemaran
22.
Mempunyai daya ingat yang kuat
23.
Tidak cepat kuat dengan pretasinya
24.
Peka serta menggunakan firasat
25.
Menginginkan kebebasan dalam gerkan
dan tindakan
C. KLASIFIKASI ANAK BERBAKAT
Anak yang
mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikanmenjadi tiga
kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior,
Gifted dan Genius.Ketiga kelompok anak tersebut memiliki peringkat ketinggian
intellegnsi yang berbeda.
1. Genius :
Genius
ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapatmenciptakan
sesuatu yang sangat tinggi nilainya.Intelligence Quotien-nya (IQ) berkisar
antara 140 sampai 200.Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut;
daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis, sangat
kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat
positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan
dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi
(emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan
penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
2. Gifted :
Anak ini
disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkatkecerdasannya (IQ)
antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang
sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama, dan ahli dalam memimpin
masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki karakteristik; mempunyai perhatian
terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang
akan koleksi.
3. Superior :
Anak
superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125sehingga
prestasi belajarnya cukup tinggi.Anak superior memiliki karakteristik
sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat
mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari temantemannya.James H.
Bryan and Tanis H. Bryan (1979; 302) mengemukakan bahwa karakteristik anak
berbakat itu (gifted) meliputi; physical, personal, and social characteristics.
Sedangkan David G. Amstrogn and Tom V. Savage (1983; 327) mengemukakan; “Gifted
and talented students are individuals who arecharacteristized by a blaned of
(1) high intelligence, (2) high task comitment, and (3) high creativity. Secara
umum hampir semua pendapat itu sama, bahwa anak berbakat memiliki kemampuan
yang tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya.
Hasil studi lain menemukan bahwa “Anak-anak berbakat
memiliki karakteristik belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka
cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan menggunakannya secara
luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran,
cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-dalil dan
formulaformula, tajam kemampuan analisisnya, membaca banyak bahan bacaan (gemar
membaca), peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, kritis dan
memiliki rasa ingin yang sangat besar” (Renzuli, 1979, Fahrle dkk.; 1985,
Galagher, 1985, Maker; 1982) dalam Dedi Supriadi (1992; 9).
D. KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT
Apabila
dilihat dari kemampuan –kemampuan yang membedakan mereka dari anak-anak
sebayanya, maka kita akan menemukan karakteristik – karakteritik berikut
pada anak-anak berbakat.
Karakteristik kognitif
o Kualitas luar biasa di informasi
o Ingatan yang kuat
o Kebiasaan perubhan minat & keinginan kemampuan
menghasilkan ide-ide dan solusi yang asli’
Karakteristik bahasa
o Kemampuan verbal
o Perkembangan yang tinggi pada pengenalan bahasa dan
penulisan bahasa.
o Perkembangan yang baik pada perkembangan sensorik
o Tidak kebal untuk keretakan kekurangan integrasi di antara
pikiran dan badan.
Karakteristik afektik
o Pendekatan evaluasi terhadap diri sendiri dan lainya.
o Gigih, tujuan perilaku tak langsung.
o Kepekaan yang tak bias untuk harapan & perasaan orang
lain.
o Tingginya kesadaran diri, menyesuaikan dengan perbedaan
perasaan.
o Perkembangan awal dalam focus of control dan kepuasan
kedalam dan identitas emosional yang tidak biasa.
o Harapan yang tinggi dan lainya, sering menuju tingkat
frustasi dirinya, lainya dan situasinya.
o Kemampuan tingkat perkembangan moral.
o Kemajuan kognitif dan kapasitas afektif dan konseptualisasi
dan pemecahan masalah sosial.
E. IDENTIFIKASI
ANAK BERBAKAT
Pengertian
kontemporer tentang keberbakatan memang telah demikian berkembang dan
kriterianya sudah lebih multidimensional daripada sekedar intelegensi (umum,
atau “g faktor” menurut Spearman) seperti yang pernah digunakan
oleh Terman.IQ hanya salah satu kriteria keberbakatan. Dengan
perluasan kriteria ini, persoalan identifikasi anak-anak berbakat menjadi lebih
rumit dan harus menggunakan beragam teknik dan alat ukur, Idealnya semua
kriteria tersebut harus dideteksi dengan menggunakan teknik dan prosedur,
karena menurut berbagai studi tidak semua dari faktor-faktor itu berkorelasi
satu sama lain. Misalnya IQ dan kreativitas.
Keberbakatan itu bersifat
multidimensional, kriterianya tidak hanya intelligensi, melainkan kreativitas,
kepemimpinan, komitmen pada tugas, prestasi
akademik, motivasi dan lain-lain.
Renjuli dkk. (1979) dalam Dedi Supriadi (1992; 10)
mengembangkan skala yang disebut Scales for Rating
Behavioral Characteristices of
Superor Students (SRBCSS) yang mencakup sepuluh
karakteristik; beilajar, motivasi,eativitas, kepemimpinan, artistik, musik.
drama, komunikasi, komunikai eksprsif, dan perencanaan. Penjaringan terhadap
keberbakatan intelektual dalam kelompok populasi tertentu pada umumnya bertolak
dari perkiraan kurang lebih 15 % sampai 25 %
populasi sampl yang secara kasar merupakan identfikasi
permulaan dalam menghadapi seleksi yang lebih cermat.
Penjaringan keberbakatan bisa menggunakan nominasi
gurutentang kemajuan sehari-hari siswa, namun bisa juga melalui penilaian
beberapa mata pelajaran tertentu tergantung dari tujuan penjaringan.
Penjaringan atau penyaringan dapat juga menggunakan tes psikologis yang
didasarkan pada beberapa aspek tertentu, tetapi yang paling penting hsrus
diketahui untuk keperluan apa tes dilakukan. Tujuan akanmemberikan dasar
terhadap penilaian, kemampuan, sifat, sikap atau prilaku seseorang. Kepada anak
harus diberitahukan bahwa penilaian yang baik akanmenempatkan dia pada posisi
yang menguntungkan dalam arti tidak akan menuntut dia melakukan pekerjaan atau
kinerja yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Identifikasi ini biasanya
berguna bagi peramalan tentang kinrja tertentu di dalam waktu yang akan datang.
Pola dan tahap identifkasi yang dilakukan di muka, yang
terdiri dari penjaringan dan penyaringan sebagai identifikasi kasar yang
kemudian diperhalus melalui suatu proses seleksi memiliki berbagai variasi,
tergantung dari keperluan Dengan demikian kini klasifikasi bakat juga mencakup
kreativitas, motivasi dan kepemimpinan.
Beberapa permasalahan dalam identifikasi diantaranya masih
banyak pelanggaran terjadi dalam aplikasi prinsip-prinsip identifikasi.
Beberapa penyalahgunaan prinsip identifikasi antara lain, adalah perbedaan
antara “gifted dan talen..Dengan menyusun suatu hierarkhie pengertian dengan
menunjuk kepada pengertian kemampuan umum intelektual yang diukur oleh tes
intellegensi bagi pengertian keberbakatan, dan bakat khusus akademis serta kemampuan
kepemimpinan dan bakat seni untuk pengetian talen.
Sistem identifikasi SEM, ciptaan
Renzulli agak berbeda dengan yang lain, ia mengemukakan 6 langkah identifikasi,
yaitu sebagai berikut :
1.
Beranjak dari penjaringan
berdasarkan skor tes, tetapi mereka yang belum terjaringtidak seluruhnya
ditinggalkan, karena ingin menjangkau kurang lebih 15 % daripopulasi. Semua
anak yang skornya di atas persentil ke 85 biasanya akan terjaring melalui tes
inteligensi yang telah terstandardisasikan. Untuk memberi peluang padakelompok
yang lebih luas, kita membagi “pool” keberbakatan menjadi dua bagiandan semua
siswa yang skornya di atas persentil ke 92 (menurut norma lokal) padaumumnya
sudah otomatis termasuk “pool” tersebut, dan biasanya terdiri dari 50 %jumlah
populasi sampel. Skor tes yang dimaksud biasanya suatu tes inteligensi atautes
hasil belajar atau tes bakat tunggal, yang memberi peluang pada seseorang
yangbaik dalam bidang tertentu, tetapi mungkin tidak baik dalam bidang yang
lain, untukdapat dimasukkan dalam “pool” tersebut. Ciri utama keberbakatan,
yaitukemampuan di atas rata-rata keterlekatan pada tugas dan kreativitas dapat
dijaringmelalui aspek psikometrik, aspek perkembangan, aspek kinerja dan
aspeksosiometrik dengan berbagai alat.
2.
Langkah kedua merupakan
nominasi guru yang bagaimanapun juga harus dihargaisama dengan hasil skor tes.
Dalam nominasi ini digunakan skala penilaian (ratingscale) untuk memperoleh
gambaran tentang profil kemampuan anak.
3.
Langkah ketiga adalah cara
alternatif lain, yang bisa merupakan nominasi temansebaya, nominasi orang tua
atau nominasi diri, maupun tes kreativitas. Kalau padaskor tes yang tinggi
nominasi itu secara otomatis bisa diterima, tidaklah demikianpada langkah
ketiga yang harus melalui suatu panitia peneliti.
4.
Langkah keempat adalah nominasi
khusus yang merupakan review terakhir darimereka yang sebelumnya tak terlibat
dalam nominasi-nominasi tersebut. Merekamemperoleh seluruh daftar nominasi
hasil langkah kesatu sampai langkah ketigadan boleh menambah nominasi orang lain,
bahkan juga boleh mengusulkan untukmembatalkan nominasi tertentu berdasarkan
pengalaman tertentu dengan anaktertentu.
5.
Langkah kelima adalah nominasi
informasi tindakan, proses ini terjadi bila gurusetelah memperoleh penataran
dalam pendidikan anak berbakat, dapat melakukaninteraksi yang dinamis, sehingga
meningkatkan motivasi dan interes anak untuksuatu topik atau bidang tertentu di
sekolah ataupun di luar sekolah.
6.
Langkah keenam adalah penyaringan
melalui tes dan menjadi cara yang populer,antara lain karena menghargai
kriteria non tes. Tetapi lebih dari itu potensi-potensiyang terjaring dari
seluruh populasi sekolah telah memberi peluang pada anak lainyang bukan karena
kemampuan umumnya, melainkan mungkin karena sebab lainyang biasanya tidak
terjaring oleh skor tes, untuk tetap diperhatikan dandimasukkan dalam “pool”
anak berbakat sekolah tersebut. (Conny Semiawan; 117-122).
Alat yang dapat dipergunakan dalam
melakukan identifikasi anak berbakat diantaranya adalah :
1.
Kemampuan
intelektual umum; Galton dalam Conny Semiawan
(1994; 124)“Pengukuran kemampuan intelektual umum diperoleh melalui pengukuran
kekuatanotot, kecakapan gerak, sensitivitas terhadap rasa sakit, kecermatan
dalampendengaran dan penglihatan, perbedaan dalam ingatan dan lain-lain yang semuadisebut
“tes mental”.
2.
Tes
inteligensi umum; Salah satu perkembangan yang
amat penting dalampengmbangan pengukuran intelegensi adalah timbulnya skala
Wechsler dalammengukur inteligensi orang dewasa dengan menggunakan norma tes
bagiperhitungan IQ yang menyimpang.
3.
Tes
kelompok kontra tes individual; Tes
kelompok lebih banyak digunakan dalamsistem pendidikan, pelayanan pegawai,
industri dan militer. Tes kelompokdirancang untuk sekelompok tertentu, biasanya
tes kelompok menyediakan lembar jawaban dan “kunci-kunci” tes. Bentuk tes
kelompok berbda dari tes individualdalam menyusun item dan kebanyakan
menggunakan item pilihan ganda.
4.
Pengukuran
hasil belajar; Tes ini mengukur hasil belajar
stelah mengikuti prosespendidikan. Tes hasil belajar ini berbeda dengan tes bakat,
tes inteligensi, tes hasilbelajar pada umumnya merupakan evaluasi terminal
untuk menentukan kedudukanindividu setelah menyelesaikan suatu latihan atau
pendidikan tertentu.Penekanannya terutama pada apa yang dapat dilakukan
individu saat itu setelahmendapatkan pendidikan tertentu.
5.
Tes hasil
belajar individual; Pada umumnya tes hasil belajar
adalah tes kelompokyang bermaksud membandingkan kemajuan belajar antar individu
sebaya, namun disini hanya hasil belajar individual saja. Di Indonesia sering
menggunakanpengukuran acuan norma (PAN) dan pengukuran acuan kriteria (PAK).Di
Indonesia nampaknya diperlukan adanya standarisasi secara nasionaluntuk
prosedur identifikasi anak berbakat ini. Isu sentral dalam hal ini ialah
bagaimanamenemukan model yang dianggap paling efektif dari segi hasil (daya
ramal terhadapperformasi peserta didik kemudian) tetapi efisien dari segi
waktu, biaya dan tenaga. Halini disebabkan karena kondisi sarana pendidikan,
akses terhadap lembaga-lembagapemeriksaan psikologis, dan kemampuan guru yang
sangat beragam di Indonesia,sementara perhatian kepada anak-anak berbakat
merupakan persoalan pendidikansecara nasional.
F. LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK
BERBAKAT
1. Kurikulum
Selain
masalah kriteria dan prosedur identifikasi, perhatian khusus kepada anak
berbakat melibatkan beberapa dimensi lain, seperti dikemukakan oleh Dedi
Supriadi (1992; 11) yaitu; “Perancangan kurikulum, penyediaan sarana
pembelajarannya, model perllakuannya, kerjasama dengan keluarga dan pihak luar,
serta model bimbingan dan konselingnya”.
Kurikulum
berdiferensiasi bagi anak berbakat mengacu pada penanjakan kehidupan mental
melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup
berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi. Dilihat dari
kebutuhan perkembangan anak berbakat, maka kurikulum berdiferensiasi
memperhatikan perbedaaan kualitatif individu berbakat dari
manusia lainnya.Dalam kurikulum berdeferensiasi terjadi penggemukan
materi, artinya materi kurikulum diperluas atau diperdalam tanpa menjadi lebih
banyak.Secara kualitatif materi pelajaran berubah daalam penggemukan beberapa
konsep esensial dari kurikulum umum sesuai dengan tuntutan bakat, perilaku,
keterampilan dan pengetahuan serta sifat luar biasa anak berbakat. Dengan demikian,
kurikulum pendidikan seyogyanya bisa mengakomodasi dimensi vertikal maupun
horisontal pendidikan anak.Secara vertikal, anak-anak berbakat harus
dimungkinkan untuk menyelesaikannya pendidikannya lebih cepat.Secara
horisontal, disediakan program pengayaan (enrichment), dimana siswa berbakat
dimungkinkan untuk menerima materi tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun
sumber-sumber belajar tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun sumber-sumber
belajar tambahan.
2. Model
Pembelajaran
Untuk layanan pendidikan terhadap
anak berbakat ini ada beberapa model yang dapat digunakan, yaitu; pengayaan,
percepatan, dan segregasi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Philip E.
Veron (1979; 142) sebagai berikut; “Acceleration,segregation, and enrichment”.
Sedangkan David G. Amstrong and Tom V. Savage (19883; 327) mengemukakan dua
model, yaitu; “Enrichment and acceleration”. Penjelasan dari mode-model di atas
adalah sebagai berikut :
Pengayaan (enrichment)
Dalam model enrichment ini anak
mendapatkan pembelajaran tambahan sebagai pengayaan.Pengayaan ini dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut :
a) Secara
vertikal;
Cara ini untuk memperdalam salah
satu atau sekelompok mata pelajarantertentu.Anak diberi kesempatan
untuk aktif memperdalam ilmuPengetahuan yang disenangi, sehingga menguasai
materi pelajaran secaraluas dan mendalam.
b) Secara
horizontal;
Anak diberi kesempatan untuk
memperluas pengetahuan dengan tambahanatau pengayaan yang berhubungan dengan
pelajaran yang sedang dipelajari.
Percepatan (scceleration)
Secara konvensional bagi anak yang
memiliki kemampuan superiordipromosikan untuk naik kelas lebih awal dari
biasanya. Dalam percepatan iniada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu
sebagai berikut :
a) Masuk sekolah lebih awal/sebelum
waktunya (early admission), misalnyasebelum usia 6 tahun, dengan catatan bahwa
anak sudah matang untukmasuk Sekolah Dasar.
b) Loncat kelas (grade skipping)
atau skipping class, misalnya karenakemampuannya luar biasa pada salah satu
kelas, maka langsung dinaikkanke kelas yang lebih tinggi satu tingkat (dari
kelas satu langsung ke kelastiga).
c) Penambahan pelajaran dari
tingkatan di atasnya, sehingga dapatmenyelesaikan materi pelajaran lebih awal.
d) Maju berkelanjutan tanpa adanya
tingkatan kelas. Dalam hal ini sekolahtidak mengenal tingkatan, tetapi
menggunakan sistem kredit. Ini berarti anakberbakat dapat maju terus sesuai
dengan kemampuannya tanpa menungguteman-teman yang lainnya. Segregasi Anak-anak
berbakat dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang disebut “ability grouping”
dan diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
potensinya.
Mengenai
sistem penyelenggaraan pendidikan, selain yang telah dikemukakan di atas, ada
beberapa sistem dalam pendidikan bagi anak berbajat, yaitu; (1) Sekolah khusus,
(2) Kelas khusus, dan (Terintegrasi dalam kelas regular atau normal dengan
perlakukan khusus. Model pertama dan ke dua nampaknya banyak mengundang kritik,
karena cenderung eksklusif dan elit, sehingga bias menimbulkan kecemburuan sosial.
Kedua sistem ini hanya bisa dilakukan untuk bidang-bidang tertenu saja. Model
yang kini populer adalah sistem dimana anak-anak berbakat diintegrasikan dalam
kelas reguler atau normal.Cara ini mempunyai banyak keuntungan bagi
perkembangan psikologis dan sosial anak. Hal yang menyulitkan adalah
bagaimanakah perhatian diberikan secara berbeda melalui apa yang disebut
“pengajaran yang diindividualisasikan”, yaitu settingnya kelas tetapi perhatian
diberikan kepada individu anak. Konsekwensinya perlu kurikulum yang fleksibel,
yaitu kurikulum yang berdiferensiasi, yang bisa mengakomodasi anak-anak biasa
dan anak berbakat.
Pada
dasarnya penyelenggaraan pendidikan anak berbakat menyangkut bagaimana
anak-anak diperlakukan di sekolah melalui sistem pengelompokkan.Sistem
pengelompokkan bermacam-macam, tetapi intinya ada dua, yaitu pengelompokkan
homogen dan heterogen.Dasarpengelompokkan bisa berupa jenis kelamin,
tingkat kemampuan belajar, atau minat-minat khusus pada mata pelajaran
tertentu.
Fahrle, Duffi dan Schulz (1985)
dalam DediSupriadi (1992; 23) mengemukakan bahwa program pendidikan untuk
anak-anak berbakat harus memberikan kepada anak-anak dua macam pengalaman yang
bernilai sosial.Pertama mereka harus memiliki kesempatan untuk bergaul secara
luas dan wajar dengan teman-teman sebayanya.Kedua program pendidikan
untuk anak-anak berbakat harus menyediakan peluang kepada peserta didik untuk
secara intelektual tumbuh bersama rekan-rekan sebayanya.
Sistem
manapun yang dipilih, penyelenggara harus tetap berpegang pada
prinsip bahwa pendidikan itu tidak
boleh mengorbankan fungsi sosialisasi nilai-nilai budaya (toleransi,
solidaritas, kerja sama) kepada anak. Program pendidikan untuk anak-anak
berbakat tidak identik dengan perlakuan yang eksklusif dan elitis, melainkan
semata-mata supaya untuk memberikan peluang kepada anak didik untuk berkembang
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Dalam
layanan pendidikan bagi anak berbakat, khususnya pada jenjang sekolah dasar di
Indonesia saat ini adalah sistem yang terpadu, yakni anak-anak berbakat masuk
ke sekolah yang samaadian mereka diperlakukan dengan system pengajaran yang
dindividualisasikan, yakni sistem yang memberikan perhatiansecara individual
kepada setiap siswa dalam kelas biasa. Dengan demikian yang diperlukan dalam
layan pendidikan bagi anak berbakat khususnya pada sekolah dasar, bukanlah
sekolah, kelas, ataupun kurikulum khusus, melainkan modifikasi kurikulum dan
sarana pendukungnya agar sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat.
3. Model
Penilaian
Pada
bagian bagian identiffikasi telah dikemukakan trntsng penilsisn snsk
berbakat,
pada bagian ini akan dikemukakan alat dan aspek penilaian. Proses penilaian
pada anak berbakat sebetulnya tidak berbeda dari penilaian pada umumnya, namun
karena pada cakupan kurikulum berbeda, maka akan berbeda dalam penerapan
penilaian. Penerapan penilaian mencakup ciri-ciri belajar yang berkenaan dengan
tingkat berfikir tinggi.Biasanya anak berbakat sering mampu menilai hasil
kinerjanya sendiri secara kritis. Selain itu setiap anak tersebut harus
memperoleh umpan balik tentang hasil kinerjanya secara terbuka (Conny Semiawan;
1994; 273). Biasanya penilaian yang menunjuk pada suatu asesmen dilakukan oleh
guru yang bukan saja mengenal muridnya, melainkan juga melatih, mendidik dan
mengamatinya sehari-hari. Asesmen ini adalah langkah dalam proses penyerahan dan
penempatan tertentu dan merupakan rangkaian upaya perolehan informasi dan bukan
semata-mata hasil proses tersebut.
Tujuan
pengukuran pada dasarnya berbeda-beda, bila hendakmembandingkan anak tertentu,
maka gunakan pengukuran acuan norma dengan :
1.
Membandingkan anak berbakat dengan
seluruh populasi.
2.
Membandingkan anak berbakat dengan
teman sebaya.
3.
Membandingkan anak berbakat dengan
populasi anak berbakat lagi.
4.
Membandingkan anak berbakat dengan
dirinya sendiri.
Sedangkan proses dan produk belajar
yang mengacu pada ketuntasan belajar
menggunakan instrumen dan prosedur yang merupakan :
1.
Pengejawantahan dari kekhususan
layanan pendidikan anak berbakat.
2.
Hasil umpan balik untuk keperluan
tertentu.
3.
Pemantulan tingkat kemantapan
penguasaan suatu materi sesuai sifat,keterampilan, kemampuan maupun kecepatan
belajar seseorang.
4. Guru Anak
Berbakat
Untuk menangani anak berbakat di
Sekolah Dasar, tentunya membutuhkan
guru-guru yang memiliki kemampuan
yang khusus. Dalam hal ini David G. Armstrong And Tom V. Savage (1983; 334)
mengutip pendapat James O. Schnur (1980) sebagai berikut; “most descriptions of
capable teachers of the gifted and talnted”. Deskripsi kemampuan guru yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1.
Memiliki kematangan dan keamanan.
2.
Memiliki kreativitas dan
fleksibilitas.
3.
Memiliki kemampuan
mengindividualisasikan materi pelajaran.
4.
Memiliki kedalaman pemahaman
terhadap pengajaran.
G. PROBLEM ANAK BERBAKAT
Keberbakatan
menimbulkan permasalahan bagi penyandangnya apabila mereka tidak memperoleh
dukungan dan bantuan yang diperlukannya.Permasalahan itu terutama timbul pada
masa remaja. Buescher dan Higham (1990) mengemukakan bahwa anak anak berbakat
antara usia 11 dan 15 tahun sering menghadapi berbagai masalah sebagai akibat
dari keberbakatannya yang meliputi: perfeksionisme, competitiveness, penilaian
yang tidak realistis terhadap keberbakatannya, penolakan dari teman sebaya,
kebingungan akibat “pesan-pesan” yang beraneka ragam sehubungan dengan
bakatnya, dan tekanan dari orang tua serta masyarakat agar berprestasi, di
samping permasalahan yang ditimbulkan oleh terlalu tingginya ekspektasi
terhadap diri mereka.
Beberapa
anak berbakat mengalami kesulitan dalam mendapatkan dan memilih teman, memilih
jurusan di sekolah atau perguruan tinggi, dan akhirnya juga mengalami kesulitan
dalam memilih karir.Masalah-masalah perkembangan yang dialami oleh semua remaja
juga dialami oleh remaja berbakat tetapi masalahnya dibuat lebih kompleks oleh
kebutuhan khusus dan karakteristik anak berbakat.Kemudian kesulitan utama
remaja berbakat Salah satu nya juga disebabkan karena lingkungan belajar yang
kurang menantang kepada mereka untukmewujudkan kemampuannya secara optimal.
Permasalahan
tersebut sering di perdebatkan karena Di sisi lain memang masih adanya
suara-suara sumbang yang menyangsikan keberhasilan pendidikan khusus bagi siswa
cerdas dan berbakat. Kubu ini berpendapat bahwa penyelenggaraan pendidikan
khusus bagi siswa cerdas dan berbakat lebih banyak mudaratnya ketimbang
manfaatnya dan tidak mencerminkan alam demokratis, membentuk kelompok elit dan
merupakan pemborosan.Beberapa alasan mengapa anak berbakat perlu diberikan
pendidikan khusus (diutip dari soreson,1988).
1.
Keberbakatan muncul dari proses
interaktif, dimana tantangan dari rangsangan lingkungan membawa keluar
kapasitas yang dimiliki diri sendiri dan memprosesnya.
2.
System politik dan sosial kita
bersandar pada prinif demokratis, jika sekolah mnediakan kesempatan pendidikan
yang sama untuk semua anak, ini berarti mengingkari adanya hak perkembangan
pendidikan yang cocok bagi anak berbakat.
3.
Anak berbakat dapat segera menemukan
gagasan dan minat mereka yang berbeda dari anak sebayanya.
4.
Jika pendidik mempertimbangkan kebutuhan
anak berbakat dan mendesain program pendidikan yang memenuhi kebutuhanya,maka
siswa akan menunjukkan prestasi dan perkembangan yang luar biasa, sesuai dengan
rasa kompetisi dan kesehaan mentalnya.
5.
Kontribusi anak berbakat pada
masyarakat berada pada seluruh aspek kehidupan, dan proporsional dalam
keseluruhan. Masyarakat akan banyak membutuhkan siswa seperti ini
Masalah anak berbakat lebih rawan
dari pada anak biasa.Anak-anak dengan bakat luar biasa ternyata besar
kemungkinannya untuk gagal maupun sukses pada masa dewasa.Kebanyakan dari
mereka tidak sukses pada masa dewasa karena perlakuan yang mereka alami dan
dalam beberapa kasus direngut dari masa kanak-kanak.Dalam beberapa
kejadian, orang tua menekan anaknya begitu keras atau malah dipisahkan dari kelompok
sebayanya, sehingga akhirnya hanya mempunyai sedikit teman .karena anak
berbakat lebih rawan dari pada anak biasa, anak berbakat harus lebihdi berikan
perhatian khusus.
H. KONSEP RENZULLI
Keberbakatan terdiri atas suatu interaksi di antara tiga
kluster dasar dari sifat manusia – ketiga kluster itu di antaranya : kemampuan
di atas rata-rata, tingkat tinggi akan komitmen terhadap tugas, dan tingkat
kreativitas yang tinggi. Anak gifted dan talented adalah yang memiliki atau
mampu mengembangkan seperangkat sifat-sifat ini dan menerapkannya ke dalam
bidang kinerja manusia yang bernilai secara potensial. Anak-anak yang
memanifestasikan, atau yang mampu mengembangkan, suatu interaksi di antara tiga
kluster menghendaki suatu variasi yang luas kesempatan dan layanan pendidikan
yang tidak diberikan secara biasa melalui program instruksional yang regular.
Berikut secara satu persatu akan dijelaskan kluster dalam
keterbakatan renzulli:
a. Above
average ability (kemampuan diatas rata – rata)
Kemampuan
di atas rata – rata yang dimaksud adalah kemampuan umum dan kemampuan spesifik.
Kemampuan umum misalnya : kemampuan verbal, music, logika hitungan, spasial,
dll. Sedangkan kemampuan spesifik misalnya : kemampuan dalam bidang kimia,
matematika, komposisi music, patung, fotografi dll.
Kemampuan spesifik mempunyai
hubungan dengan kemampuan umum, sehingga potensi dalam bidang ini dapat diukur
melalui tes intelegensi
b. Task
commitment (tanggung jawab pada tugas)
Dapat ditunjukkan dengan karakter
berikut :
1.
Kapsitas tinggi dalam hal minat,
antusiasme, ketertarikan, dan keterlibatan dalam suatu masalah, bidang studi,
ataupun bentuk ekspresi manusia tertentu.
2.
Kapasitas dalam hal ketekunan,
keuletan, determinasi, kerja keras dan latihan khusus.
3.
Memiliki rasa percaya diri, ego yang
kuat, suatu keyakinan pada diri, serta dorongan untuk berprestasi.
4.
Kemampuan untuk mengidentifikasi
masalah
5.
Kemmapuan mendengar dan
berkomunikasi dalam berbagai cara.
6.
Membuat standar kerja yang tinggi,
memelihara keterbukaan diri dari kritik luar.
7.
Mengembangkan cita rasa seni
8.
Kualitas dan keunggulan dalam
pekerjaan.
c. Creativity (kreatifitas)
Dapat ditunjukkan dengan karakter
berikut :
1.
Kelancaran dan keluwesan dalam
berfikir
2.
Ketebukaan terhadap
pengalaman,penerimaan terhadap suatu yang baru dan berbeda
3.
Rasa ingin tahu, spekulatif,
memiliki jiwa petualangan, dan mampu menyesuaikan diri secara mental, menerima
resiko dalam pikiran, perilaku bahkan jika ada hambatan.
4.
Peka terhadap detail, cita rasa seni
dalam gagasan dan segalanya, mau bertindak dan bereaksi terhadap rangsangan
luar serta gagasan dan perasaan oran lain.
Maksud definisi Renzulli, bahwa anak-anak berbakat akan
dapat berkembang secara optimal, manakala mereka mendapatkan pengalaman yang
cukup dan memadai melalui program pendidikan yang sesuai dengan potensi
Contoh Kasus :
Seluruh masyarakat Indonesia akhir akhir ini sedang terkena demam bioskop
dikarenakan film buatan rumah produksi Indonesia yaitu The Raid tembus dalam
jajaran film film yang dimainkan di Hollywood. Meskipun film ini digarap oleh
Gareth Evans seorang sutradara berkebangsaan Wales tetapi kita boleh berbangga
bahwa semua kru dan pemeran dalam film ini adalah warga negara Indonesia. Di
film ini yang lebih membanggakan lagi ialah seni bela diri Indonesia Pencak
Silat sangatlah ditonjolkan dan membuat semua penonton di Sundance Movie
Festival memberi standing ovation.
The Raid adalah film aksi seni bela diri dari Indonesia yang disutradarai
oleh Gareth Evans dan dibintangi oleh Iko Uwais. Pertama kali dipublikasi pada
Festival Film Internasional Toronto (Toronto International Film Festival, TIFF)
2011 sebagai film pembuka untuk kategori Midnight Madness, para kritikus dan
penonton memuji film tersebut sebagai salah satu film aksi terbaik setelah
bertahun-tahun sehingga memperoleh penghargaan The Cadillac People's Choice
Midnight Madness Award. Terpilihnya film ini untuk diputar pada beberapa
festival film internasional berikutnya, seperti Festival Film Internasional
Dublin Jameson (Irlandia), Festival Film Glasgow (Skotlandia), Festival Film
Sundance (Utah, AS), South by Southwest Film (SXSW, di Austin, Texas, AS), dan
Festival Film Busan (Korea Selatan), menjadikannya sebagai film komersial
produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat dunia.
Film The Raid sebenarnya adalah ide lanjutan dari keseluruhan cerita yang
diinginkan sutradara Gareth Evans. Proyek awalnya,Berandal, diumumkan tahun
2011 sebelum film ini, namun baru dirilis pada 2014 dengan judul The Raid 2:
Berandal.
Kesimpulan
Melihat dari kesuksesan film ini terlihat bahwa kreativitas dari orang
Indonesia yang berandil besar dalam film ini tidak kalah dari kreativitas dalam
film film orang barat di Hollywood, film ini sungguh memperlihatkan bahwa
sesungguhnya kita pun bisa jika kita mampu mengembangkan bakat dan kreativitas
kita dengan benar, adapun artis artis di Hollywood sana mengakui betapa mereka
mengagumi seni bela diri silat dari film ini. Iko Uwais yang bermain di film
ini pun juga tidak menyangka bahwa banyak sekali masyarakat di Amerika yang
mengelu elukan namanya sesaat dia sampai di bandara Amerika untuk mempromosikan
filmnya ini, ada juga Yayan Ruhian alias Mad Dog yang tercengang saat Anthony
Kiedis vocalist dari band papan atas Red Hot Chilli Peppers datang padanya
dengan histeris untuk meminta berfoto dengannya, “ini sungguh suatu
keterbalikan, saya yang seharusnya seperti itu bukan dia” papar Yayan.
Ini adalah suatu dorongan untuk kita bahwa kita juga bisa mendunia lewat
bakat dan kreativitas kita jika kita benar benar tau apa yang kita bisa dan
mengembangkannya, bukan cuma sekedar mengembangkan apa yang kita mau bukan apa
yang kita bisa.
http://id.wikipedia.org/wiki/The_Raid
https://evitawulandari.wordpress.com/2013/02/21/about-anak-berbakat/